10 Alasan asyiknya bekerja dari rumah ...
"Saat akhirnya saya berada di posisi tersebut, luar biasa senangnya hati saya, semua serba mengasyikan! tapi tunggu dulu, sebulan terakhir berada di rumah ternyata tidak melulu seasyik yang saya bayangkan sebelumnya ..."
salah satu supporter saya saat bekerja di rumah :D |
Bicara soal bekerja dari rumah, sebenarnya saya sudah semi bekerja dari rumah sejak setahun yang lalu. Saat itu ada kejadian yang cukup membuat saya shock yaitu runtuhnya atap rumah tepat di area tempat anak-anak biasanya tidur-tiduran sambil nonton televisi, alhamdulillah mereka masih dilindungi Allah SWT.
Saya merasa lalai, sudah tahu ada masalah dengan atap namun selalu merasa tak sempat memanggil tukang dengan alasan sibuk di kantor, hal tersebut menjadi salah satu pemicu saya memutuskan mengundurkan diri. Namun karena manajemen tidak menemukan pengganti, mereka menawarkan saya untuk bekerja tiga hari seminggu saja, sisanya saya bisa bekerja dari rumah.
Saya pun mengambil tawaran tersebut, namun akhir Maret 2015 kemarin saya memutuskan untuk benar-benar resign dari kantor dan bekerja dari rumah saja.
Saya merasa lalai, sudah tahu ada masalah dengan atap namun selalu merasa tak sempat memanggil tukang dengan alasan sibuk di kantor, hal tersebut menjadi salah satu pemicu saya memutuskan mengundurkan diri. Namun karena manajemen tidak menemukan pengganti, mereka menawarkan saya untuk bekerja tiga hari seminggu saja, sisanya saya bisa bekerja dari rumah.
Saya pun mengambil tawaran tersebut, namun akhir Maret 2015 kemarin saya memutuskan untuk benar-benar resign dari kantor dan bekerja dari rumah saja.
Saya tetap bekerja untuk theurbanmama.com, konsentrasi sebagai mamablogger, mengambil job menulis, sampai business research pun saya kerjakan selama bisa dikerjakan dari rumah. Sesekali saya juga membantu bisnis sampingan suami, yaitu wedding photography/videography, tapi ini kan maksimal sebulan dua kali saja.
Bekerja dari rumah adalah cita-cita saya sejak dulu, saya ingin bisa punya banyak waktu bersama keluarga namun tetap memiliki uang sendiri dan tentu saja aktualitas diri. Saat akhirnya saya berada di posisi tersebut, luar biasa senangnya hati saya, semua serba mengasyikan! tapi tunggu dulu, sebulan terakhir berada di rumah ternyata tidak melulu seasyik yang saya bayangkan sebelumnya.
Saat harus menghabiskan seharian bersama si bungsu saya bisa tiba-tiba kehilangan kesabaran, bagaimana tidak saking seringnya bersama saya, saat saya ke kamar mandi pun ia berteriak minta ikut, hhrrr...., belum lagi saat ketiga mahluk kesayangan saya itu berkumpul dan bermain dengan suara keras, berlarian ke sana kemari sampai kadang berkelahi karena sudah sama-sama capek, pfiuhhh...
Belum selesai mengatasi kegaduhan tersebut, seorang klien menelepon, menanyakan pekerjaan yang belum sempat saya kerjakan karena masih asyik berkutat dengan anak-anak, eits, drama belum selesai, telepon dari penyedia kartu kredit menyadarkan saya bahwa meski pun masih bekerja namun penghasilan saya sudah tidak bisa mendukung gaya hidup saya yang lama, yaitu gaya hidup saat saya masih bekerja kantoran.
Nggak ada lagi deh sedikit-sedikit ke coffee shop, saat istirahat makan siang mampir lihat diskonan di mall samping kantor, nggak bisa lagi sering-sering berselancar di dunia maya dan main klik 'buy' *meringis*
Saat harus menghabiskan seharian bersama si bungsu saya bisa tiba-tiba kehilangan kesabaran, bagaimana tidak saking seringnya bersama saya, saat saya ke kamar mandi pun ia berteriak minta ikut, hhrrr...., belum lagi saat ketiga mahluk kesayangan saya itu berkumpul dan bermain dengan suara keras, berlarian ke sana kemari sampai kadang berkelahi karena sudah sama-sama capek, pfiuhhh...
Belum selesai mengatasi kegaduhan tersebut, seorang klien menelepon, menanyakan pekerjaan yang belum sempat saya kerjakan karena masih asyik berkutat dengan anak-anak, eits, drama belum selesai, telepon dari penyedia kartu kredit menyadarkan saya bahwa meski pun masih bekerja namun penghasilan saya sudah tidak bisa mendukung gaya hidup saya yang lama, yaitu gaya hidup saat saya masih bekerja kantoran.
Nggak ada lagi deh sedikit-sedikit ke coffee shop, saat istirahat makan siang mampir lihat diskonan di mall samping kantor, nggak bisa lagi sering-sering berselancar di dunia maya dan main klik 'buy' *meringis*
ini situasi saya kadang-kadang ... -- gambar dari sini |
Hey, tapi tunggu dulu, masih jauh lebih banyak keasyikan yang saya rasakan sejak bekerja dari rumah, ini 10 diantaranya:
- Hanya 2 menit perjalanan ke 'kantor'. Ya benar, biasanya saya bisa menghabiskan waktu 1,5 sampai 2 jam untuk sampai ke kantor saya di daerah Pondok Indah, sekarang hanya perlu dua menit saja dari kamar menuju home office saya di lantai dua.
- Hemat ongkos dan makan di luar. Ahh, ini penting sekali untuk mama hemat seperti saya (mama hemat wannabe maksudnya ;p). Saya tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk ongkos naik bis, taksi dan ojek setiap hari dan makan di luar dengan harga yang lumayan mahal, mungkin hanya perlu sekali dua kali setiap minggunya untuk meeting di luar rumah.
- Punya satu lemari pakaian kerja!. biasanya masalah perempuan saat hendak berangkat ke kantor adalah sibuk memilih pakaian kantor, coba ini lah, itu lah, nggak matching lah, dan malah merasa tidak punya baju. Sekarang saya bisa bekerja bahkan dengan celana pendek, kaos oblong super nyaman, bahkan dengan daster sekali pun, hehehe...
- Ekspresif. Saya tidak perlu bicara berbisik-bisik di telepon genggam, tidak perlu menyetelnya menjadi silent, saya - yang dasarnya senang bicara- bisa ngobrol di telepon dengan klien dan teman sambil berjalan bolak-balik, menggerakan tangan sesuka hati, bahkan tertawa terkekeh jika perlu tanpa khawatir ada yang memandang sinis bahkan berteriak "Ssstttttt!."
- Waktu dan tempat bekerja yang fleksibel. Biasanya membantu anak bersiap sekolah pun saya jarang sekali karena dikejar waktu dan takut terlambat ke kantor, namun dengan bekerja dari rumah, saya bisa bekerja setelah mereka berangkat sekolah atau saat waktunya memungkinkan. Masalah tempat bekerja pun bisa di mana saja, bisa di home office yang saya buat khusus di lantai atas, atau di ruang tamu, bahkan di teras sambil menemani anak bermain dan belajar, itu pun tidak harus selalu menggunakan PC, saya juga bisa bekerja bermodalkan handphone dan tablet saja.
- Bisa makan lebih sehat. Saya jadi punya lebih banyak waktu untuk menyiapkan makanan bersama asisten rumah tangga di rumah, biasanya kami sering membeli makanan cepat saji karena tidak sempat masak atau bingung mau masak apa. Buah pun lebih sering tersedia.
- Badan lebih langsing. Yay!, ini salah satu program yang belum pernah tercapai bahkan sejak kelahiran anak ke dua. Dengan waktu bekerja yang lebih fleksibel, saya bisa mengatur waktu untuk berolahraga ke gym atau sanggar senam. Karena makanan lebih sehat, saya pun terhindar dari tambahan lemak dari jajanan di luar rumah. Super!
- Stress berkurang. Yup, dengan semakin kecilnya tekanan pekerjaan (karena saya bisa memilih apa yang mau saya kerjakan), stress pun sangat jauh berkurang, saya lebih menikmati hari-hari saya, seberat apa pun itu.Bisa lebih banyak terlibat dalam perkembangan anak pun merupakan pereda stress yang jitu, misalnya dengan membantu anak-anak bersiap ke sekolah di pagi hari. Si mbak biasanya akan membuatkan mereka sarapan dan saya akan mengajak mereka ngobrol, bercanda, membantu mereka menyiapkan ini itu, dll, lalu sarapan bersama-sama, sehingga mood mereka yang seringkali kurang baik akibat masih mengantuk bisa segera hilang. Stress saya semakin berkurang, begitu juga pada anak-anak. Sempurna ...
- Hubungan dengan pasangan yang semakin baik. Dengan saya di rumah, saya bisa melayani suami dengan lebih baik. Sebelumnya, saat suami pulang kerja saya pun sudah dalam keadaan lelah sehingga jarang menyiapkan makanan untuk suami, sebenarnya dia pun tak keberatan karena ia tahu saya lelah, namun saat saya di rumah dan bisa mengurusnya dengan lebih baik lagi, hubungan kami yang sudah baik menjadi semakin baik, alhamdulillah.
- dan yang paling penting dari semuanya adalah Punya lebih banyak waktu bersama keluarga, terutama anak-anak. Drama seperti yang saya ceritakan di atas hanya sebagai 'pemanis' kebersamaan kami, sama sekali tidak membuat saya terganggu apalagi menyesal bekerja dari rumah.
Dengan bekerja dari rumah, saya jadi punya lebih banyak waktu untuk mengajak anak2 beraktifitas fisik di luar rumah |
Untuk lebih membuat saya lebih bersemangat bekerja di rumah, saya membaca banyak buku yang menginspirasi, salah satunya adalah yang berjudul "Sukses Bekerja Dari Rumah" karya Brilyantini. Buku setebal 241 halaman keluaran Stiletto Book ini mengupas tuntas mengenai jurus jitu perempuan yang ingin berkarya dari rumah.
Buku ini membantu kita mengenali pekerjaan apa saja yang
bisa dikerjakan dari rumah, mulai dari penulis, penerjemah, guru privat, sampai
programmer. Dibahas cukup lengkap sehingga dapat membantu kita yang selama ini
bingung mau mengerjakan apa dari rumah. Saat membaca buku ini, ada beberapa hal
yang terpikirkan untuk saya kerjakan dari rumah atau lebih banyak di rumah,
mulai dari menulis, blogging, menjadi instruktur senam (Zumba, BL, dll), sampai
crafting.
Kendala yang paling sering ditemui oleh seseorang yang ingin
membuka usaha sendiri adalah modal. Bab III dalam buku ini khusus membahas
masalah ini, "dari mana modalnya?." Sumber modal usaha yang bisa kita
coba adalah dari tabungan pribadi, menjual aset pribadi, mengajukan pinjaman
lunak ke saudara dan ke bank. Pilih bank yang mana, ya? Kapan balik modal? dan
beberapa pertanyaan penting lainnya dibahas tuntas di bab ini.
Bagi yang belum punya pekerjaan pengganti atau rencana ingin
mengerjakan apa sesudah berhenti bekerja sebaiknya jangan resign dulu,
rencanakan semuanya dengan matang. Tidak semua orang bernasib baik dan langsung
mendapat job sebagai pekerja lepas saat sudah berhenti bekerja kantoran.
Selanjutnya akan dibahas mengenai cara apa saja yang bisa ditempuh untuk
memaksimalkan potensi diri seperti memanfaatkan sosial media, jaringan dan lain
sebagainya.
Di akhir buku ini akan ada inspirasi dari beberapa pekerja
lepas yang sukses baik di rumah mau pun pekerjaannya. Mereka akan berbagi
cerita dan tips mengenai proses perjalanan mereka menjadi seorang pekerja lepas
yang berhasil.
menemani anak belajar sambil membaca buku ini ... |
***
7 comments
yang nomer dua bikin ketawa mak. satu lemari penuh ya.
BalasHapus@damarojat, iya beneran mba Diah, gak perlu pusing2 lagi milih baju kerja, heheheh...
BalasHapusjd makin mantab nih niat aku bwt bekerja dari rumah mbk, tengkiu sharenya yak
BalasHapusAh isi lemari juga ikut berubah ya mak
BalasHapus@Inda Chakim
BalasHapussama-samaaa mba Inda :)
@Fiberti
BalasHapushihih iya, berubah, jadi punya banyak baju 'kerja' ;p
Working from home is difficult for people with children. Sometimes it's better to pay for essay not to do this with your child, who hasn't writing inspiration which will definitely distract you from work with your homework.
BalasHapus